“Tongkat Elder,” katanya, dan menggambar garis vertikal di atas perkamen. “Batu Kebangkitan,” lanjutnya, dan menambahkan sebuah lingkaran di atas garis tersebut. “Jubah Tembus Pandang,” ia menyelesaikan, menutup garis dan lingkaran itu dalam sebuah segitiga, untuk membuat simbol yang sungguh membangkitkan rasa ingin tahu Hermione. “Bersama-sama,” katanya, “Deathly Hallows.” – Xenophilius Lovegood
The Deathly Hallows (Relikui Kematian) adalah tiga benda magis yang sangat sakti yang diciptakan oleh Kematian dan diberikan kepada tiga bersaudara Peverell. Terdiri dari Tongkat Elder, tongkat sakti yang diyakini tak terkalahkan, Batu Kebangkitan, batu yang dapat memanggil roh orang mati, dan Jubah Tembus Pandang, yang, seperti namanya, membuat pengguna benar-benar tak terlihat. Menurut cerita, baik Antioch Peverell (pemilik Tongkat Elder) dan Cadmus Peverell (pemilik Batu Kebangkitan) berakhir buruk. Namun, kebijaksanaan Ignotus Peverell yang meminta Jubah Tembus Pandang adalah pilihan yang baik.
Menurut legenda, siapa yang memiiliki ketiga benda tersebut akan menjadi Penguasa Kematian. Dumbeldore memberitahu Harry bahwa dia dan penyihir lainnya, Gellert Grindelwald, mengerti bahwa penyatu Deathly Hallows akan menjadi penyihir yang tak terkalahkan. Kisah mengenai Deathly Hallows awalnya diceritakan oleh Beedle Sang Seniman (Beedle the Bard) dan diteruskan secara turun temurun sebagai dongeng para penyihir. Hanya sedikit penyihir yang menyadari bahwa Deathly Hallows benar-benar ada.
Harry Potter adalah satu-satunya penyihir yang pernah memiliki ketigaHallows sekaligus. Albus Dumbledore pernah memiliki ketiga Hallow, namun tidak sekaligus. Jubah Tembus Pandang telah diwariskan kepada Harry Potter dari ayahnya melalui Dumbledore, dan Batu Kebangkitan diwariskan Dumbledore setelah kematiannya kepada Harry, disembunyikan didalam Snitch. Harry Potter mendapatkan kesetiaan, tapi bukan memiliki wujud fisik, dari Tongkat Sihir Elder setelah mengalahkan Draco Malfoy di Malfoy Manor. Walaupun Draco pernah menjadi pemilik Tongkat Sihir Elder, setelah melucuti Tongkat tersebut dari Dumbedore pada malam ketika Dumbledore dibunuh oleh Snape, namun Draco tidak pernah mengetahui hal tersebut. Harry tidak pernah menggunakan ketiga Deathly Hallows sekaligus; pada saat dia memiliki wujud fisik dari Tongkat Sihir Elder, dia telah menjatuhkan Batu Kebangkitan dalam Hutan Terlarang (Forbidden Forest) setelah dia membangkitkan roh dari kedua orang tuanya, Sirius Black dan Remus Lupin, Batu tersebut tidak pernah terlihat lagi.
Sejarah
Asal Mula Deathly Hallows
Dongeng Beedle sang Seniman
“Itu adalah dongeng anak-anak, diceritakan lebih untuk menghibur daripada untuk mengajar. Orang-orang yang mengerti tentang hal ini, bagaimanapun, menyadari bahwa cerita kuno ini berkenaan dengan tiga buah benda, atau Hallows, yang mana, bila bersatu, akan menjadikan sang pemilik Penguasa Kematian.” – Xenophilius Lovegood
Dalam Dongeng Beedle Sang Seniman, sang pengarang menceritakan versinya sendiri mengenai asal Deathly Hallows.
Beratus-ratus tahun yang lalu, tiga bersaudara Peverell bepergian pada saat senja, dan menemukan sebuah sungai yang sangat berbahaya untuk dilintasi. Tiga bersaudarai ini, yang adalah penyihir yang sakti, dengan mudahnya membuat jembatan yang menyebrangi sungai. Mereka kemudian dihantentikan oleh Kematian sendiri, yang tidak senang bahwa mereka berhasil menyebrangi sungai, dimana hal tersebut dianggap sebuah kecurangan mereka terhadap Kematian dan membuat dia tidak bisa lagi mendapatkan korban yang baru. Kematian kemudian memuji kehebatan mereka dalam menghindarinya dan menawarkan kepada mereka masing-masing sebuah benda magis yang sakti. Antioch Peverell, saudara laki-laki yang pertama, ingin menjadi yang tak terkalahkan dalam pertarungan, Kematian kemudian mematahkan cabang dari pohon yang terdekat dan menciptakan untuknya Tongkat Sihir Elder, tongkat sihir terkuat yang pernah ada. Cadmus Peverell, saudara laki-laki yan g kedua, ingin membangkitkan kembali cintanya yang hilang, Kematian kemudian mengambil batu dari dasar sungai dan menciptakan untuknya Batu Kebangkitan, batu yang mampu membangkitkan orang mati ke dunia. Ignotius Peverell, saudara laki-laki ketiga, menyadari situasi bahaya tersebut dan meminta sesuatu yang membuat Kematian tidak bisa menemukan dirinya, dengan enggan Kematian memberinya jubah dari punggungnua, Jubah Tembus Pandang, jubah yang tidak akan pernah kehilangan kekuatannya melalui kutukan atau karena usia.
Kenyataan
"…Saya pikir lebih mungkin bahwa Peverell bersaudara adalah orang-orang berbakat, penyihir berbahaya yang berhasil menciptakan objek-objek sakti tersebut” – Spekulasi Albus Dumbledore
Bukannya mendapatkan penghargaan atas kecerdasan mereka, Deathly Hallows adalah bagian dari rencana licik dari Kematian untuk membunuh Peverell bersaudara, sehingga dia bisa menjadikan mereka miliknya.
Namun, Albus Dumbledore merasa bahwa lebih mungkin bahwa Hallow sebenarnya diciptakan oleh para penyihir bersaudara yang sangat berbakat dan sangat sakti, dan bahwa cerita mengenai asal-usul Hallow sebagai objek yang diciptakan Kematian muncul sebagai hasil kekuatan yang mereka miliki.
Pergerakan Hallow
Pembunuhan Antioch
"Kakak tertua, yang adalah laki-laki yang agresif, meminta sebuah tongkat yang lebih kuat dari suma yang pernah ada: tongkat yang harus selalu memenangkan duel untuk pemiliknya, tongkat yang layak untuk seorang penyihir yang dapat mengalahkan Kematian!”
Setelah itu, ketiga bersaudara tersebut memilih berjalan ke jalan masing-masing. Antioch Peverell berjalan menuju ke desa penyihir dan membanggakan Tongkat Sihir Elder yang dimilikinua. Dia dibunuh ketika dia tidur oleh seorang penyihir yang bermaksud untuk mengambil Tongkat Sihir Elder.
Kematian Tragis Cadmus
"Kemudian saudara laki-laki yang kedua, yang adalah laki-laki agresif, menginginkan untuk menghina Kematian, dan meminta kekuatan untuk memanggil orang lain dari Kematian”
Cadmus berjalan kembali ke rumah dan menggunakan Batu Kebangkitan untuk membawa kembali wanita yang dicintainya, tapi kemudian kecewa menemukan bahwa yang muncul hanyalah fisik palsu dari wanita itu: orang mati tidak benar-benar akan ada dalam dunia kehidupan. Pada akhirnya, Cadmus memutuskan untuk bunuh diri dengan cara menggantung dirinya sehingga ia benar-benar bisa bergabung dengan wanita itu.
Teman aneh Ignotus
"Ketika dia mencapai usia tua, saudara laki-laki yang paling bungsu akhirnya melepaskan Jubah Tembus Pandang dan memberikannya kepada anaknya”
Ignotus menggunakan jubah untuk bersembunyi dari Kematian untuk waktu yang lama. Ketikadia sudah tua, dia memberikan jubah itu kepada anaknya, menemui Kematian sebagai teman lamanya, dan pergi bersama Kematian ke dunia selanjutnya.
Keturunan
Jubah Tembus Pandang secara terus-menerus diwariskan kepada para keturunan Peverell (meskipun nama keturunan Peverell akhirnya lenyap di garis keturunan laki-laki). Tongkat Sihir Elder diwariskan dari penyihir ke penyihir, hampir selalu disebabkan karena pembunuhan pemilik sebelumnya. Tongkat tersebut, selama perpindahannya dari penyihir ke penyihir, disebut sebagai “Tongkat Kematian” dan “Tongkat Takdir”. Merupakan catatan yang menarik bahwa tidak satupun penyihir wanita yang pernah memiliki Tongkat tersebut. Batu Kebangkitan juga secara terus menerus diwariskan kepada para keturunan Peverell. Batu tersebut akhirnya diwariskan kepada keluarga Gaunt, dan kemudian dicuri oleh tom Marvollo Riddle, Tom dan Marvollo Gaunt sama-sama tidak mengetahui kekuatan Batu itu ataupun fakta bahwa Batu itu adalah salah satu Hollow. Marvolo hanya peduli dengan cincin yang didalamnya terdapat Batu tersebut, dan berpikir bahwa simbol Hallow di Batu tersebut adalah hanya simbol keluarga. Lord Voldemort tidak mengetahui asal-usul sebenarnya dari Batu tersebut, karena itulah dia membuat Horcrux dari cincin yang didalamnya terdapat Batu Kematian itu.
Pencarian Hallows
Albus Dumbledore
"Saya hanya cocok untuk memiliki yang paling istimewa dari mereka (ketiga Deathly Hallow), yang paling luar biasa. Saya cocok memiliki Tongkat Sihir Elder, dan tudak untuk membanggakannya, dan tidak untuk membunuh dengan itu. Saya diizinkan untuk menjinakkan dan menggunakannya, karena saya mengambilnya, bukan untuk keuntungan, tapi untuk menyelamatkan orang lain dari itu.” — Albus Dumbledore
Pada masa muda, Albus Dumbledore, bersama dengan penyihir yang akan segera menjadi Penyihir Hitam, Gellert Grindelwald, memiliki impian untuk menemukan dan memiliki ketiga Hallow untuk dirinya sendiri. Pencarian akan kekuatan ini dilandasi visi masa depannya dimana penyihir akan berkuasa dan mengontrol Muggles “untuk kebaikan yang lebih baik”. Perdebatan keluarga kemudian membuat Albus merubah dan memikirkan kembali keyakinannya setelah kematian adik perempuannya. Sampai dengan kematiannya, Albus tidak pernah mampercayai dirinya dengan kekuatan, menolak posisi Mentri Sihir tiga kali – namun kerinduannya untuk menemukan Hallow tidak pernah surut.
Setelah kematian Ariana, adik perempuannya, Dumbledore mencari Batu Kebangkitan dengan harapan bahwa dengan menemukan Batu itu akan menghidupkan kembali adik perempuan dan orang tuanya yang sudah mati. Ketika dia mendapat kesempatan memiliki Batu itu pada waktu liburan musim panas antara Harry Potter and the Order of Phoenix dan Harry Potter and the Half-Blood Prince, kira-kira tahun 1996, ketika cincin yang diatasnya terdapat Batu itu telah menjadi sebuah Horcrux oleh Voldemort, godaan datang begitu hebatnya dan membuat Albus mengenakan cincin itu di jarinya, yang menyebabkan kutukan yang mengerikan dari Voldemort yang ada pada cincin itu dan menyebabkan tangan kanannya menjadi rusak dan lumpuh. Hanya ketika Horcrux tersebut dihancurkan oleh Pedang Godric Gryffindor maka batu tersebut kembali ke keadaan normal, dengan kekuatannya yang utuh. Dumbledore juga memiliki Jubah Tembus Pandang ketika dia meminjamnya dari pemilik Jubah itu, James Potter, keturunan Ignotius Peverell. Jubah tersebut diwariskan kepada anak James, Harry Potter, dimana Jubah tersebut akan menjadi alat yang berguna untuk mengalahkan Voldemort dan sekutunya. Albus juga memberi Harry Batu Kebangkitan, dengan cara menaruhnya dalam Snitch yang pernah ditangkap Harry pada pertandingan Quidditch pertamanya.
Gellert Grindelwald
Ketika sedang menghabiskan waktu liburan dengan bibinya di Godric’s Hollow, Gellert Grindelwald bertemu dengan Albus Dumbledore, dan kepada Albus dia menyatakan keinginannya terhadap Hallow. Dalam hidupnya, Grindelwald memperoleh kepemilikan Tongkat Sihir Elder dengan mencurinya dari pembuat tongkat asing yang dikenal dengan nama Gregorotovich. Setelah berduel dengan Dumbledore sekitar tahun 1940, Grindelwald kalah, bersama dengan kepemilikan tongkat tersebut. Berpuluh-puluh tahun kemudian, Lord Voldemort berusaha untuk mendapatkan Tongkat tersebut dengan mengunjungi Grindelwald di penjara Nurmengard. Namun, Grindelwald menyangkal pernah memiliki Tongkat itu, dan akhirnya dibunuh oleh Voldemort.
Harry Potter
Setelah mendengar Dongeng Tiga Bersaudara (Tale of the Three Brothers), Harry Potter berkeinginan untuk menyatukan Hallow dan menjadi Penguasa Kematian dan kemudian mengalahkan Voldemort. Dia kemudian membatalkan ide tersebut setelah dia disarankan oleh Dumbledore untuk menghancurkan semua Horcrux agar dapat mengalahkan Voldemort. Akhirnya Harry dapat memiliki semua Hallow, untuk waktu yang singkat.
Jubah Tembus Pandang
Tanpa disadari, Harry Potter memiliki salah satu Hallow sejak umur 11 tahun, Jubah Tembus Pandang. Jubah itu diwariskan dari ayahnya, James Potter. Harry adalah keturunan dari saudara laki-laki ketiga, Ignotus Peverell, yang masih hidup.
Resurrection Stone
Sebelum kematiannya, Dumbledore mewariskan Batu Kebangkitan kepada Harry. Batu itu disembunyikan di dalam Snitch pertama yang ditangkapnya pada pertandingan Quidditch. Pada Snitch itu terukir kalimat “I Open At the Close”. Harry kemudian mengetahui bahwa untuk membukanyya, dia harus ada dalam keadaan dekat pada kematian. Ketika membuka Snitch itu dia mengatakan “Aku akan mati”, dan menyentuhnya menggunakan mulutnya (Snitch akan membuka apabila disentuh menggunakan sarana yang menyentuhnya pertama kali, dalam hal ini di pertandingan Quidditch pertama Harry, dia menangkap Snitch dengan mulutnya). Ini terjadi sebelum dia menantang Voldemort dan para Pelahap Maut di Hutan Terlarang. Harry menggunakan Batu itu untuk membangkitkan dan berbicara dengan Ibunya, Ayahnya, Remus Lupin dan ayah baptisnya, Sirius Black. Harry kemudian menjatuhkan Batu itu di Hutan, dan tidak pernah mengatakannya kepada siapapun, kecuali pada foto Dumbledore, sehingga tidak ada seorangpun yang menemukannya.
Elder Wand
Harry tidak mengetahui, bahwa dia telah menjadi penguasa Tongkat Sihir Elder ketika dia mengalahkan Draco Malfoy di Malfoy Manor. Tongkat Sihir itu kemudian tahu bahwa Harry adalah pemiliknya ketika Harry berduel dengan Lord Voldemort ketika perang di Hogwarts, walaupun Harry belum pernah menyentuh tongkat itu sekalipun. Harry tidak menginginkan Tongkat Sihir itu, dia hanya menggunakannya untuk memperbaiki tongkat sihir miliknya yang rusak.
Harry kemudian mengembalikan Tongkat Sihir itu di makam Dumbledore. Dia berpikir bahwa jika dia mati dengan sebab yang wajar dan tidak mewariskan Tongkat Sihir itu ke keturunannya, maka kekuatan Tongkat Sihir itu dan juga sejarah pertumpahan darah karena Tongkat Sihir itu akan hilang selamanya.
Keberadaanya Sekarang
Tongkat Sihir Elder
Harry: “Aku menaruh Tongkat Sihir Elder kembali ke tempat dari mana dia datang. Dia bisa tinggal di sana. Kalau aku meninggal secara alami seperti Ignotus, kekuatannya akan punah bukan? Tuannya tidak akan pernah dikalahkan. Dengan begitu dia berakhir”
Ron: “Apa kau yakin?”
Hermione: “Aku piker Harry benar.”
- Perbincangan yang terjadi ketika Harry mengungkapkan niatnya untuk mengembalikan Tongkat Sihir Sakti.
Harry Potter tidak berkeinginan untuk menggunakna Tongkat Sihir Elder untuk kepentingannya sendiri (setelah dia berhasil mencapai tujuannya mengalahkan Voldemort), dia hanya menggunakannya untuk memperbaiki tongkat sihirnya yang rusak. Dia kemudian mengembalikan Tongkat Sihir Elder ke makam Dumbledore.
Batu Kebangkitan
Harry: “Benda yang ada di dalam Snitch, Aku menjatuhkannya di Hutan. Aku tidak tahu dimana tapi aku tidak akan kembali untuk mencarinya lagi. Apa kau setuju?”
Foto Albus Dumbledore: “Anakku, aku setuju. Keputusan yang bijaksana dan berani, aku sudah memperkirakannya. Apa ada seorangpun yang mengetahui dimana itu jatuh?”
Harry: “Tidak ada”
- Harry menyatakan kepada foto Dumbledore bahwa dia tidak akan mencari kembali Batu Kebangkitan
Batu Kebangkitan hilang di Hutan Terlarang, tidak diketahui tempat pasti dimana Batu itu berada.
Jubah Tembus Pandang
Harry: “Tapi aku akan menyimpan hadiah dari Ignotus”
Foto Albus Dumbledore: “Tentu saja, Harry, itu milikmu selamanya, sampai kau meneruskannya!”
- Harry menyatakan bahwa dia akan tetap menyimpan Jubah Tembus Pandang
Untuk Jubah Tembus Pandang, Harry menyatakan kepada foto Dumbledore bahwa dia akan menyimpannya untuknya dan keluarganya.